Di bawah ini menceritakan perihal bagaiman sakitnya perasaan ibu kita
waktu kita bentak, bahkan juga lebih sakit dari pada waktu dia
melahirkan kita. Silakan simak :
“IBU, masakin air bu. Saya ingin mandi gunakan air hangat, ” seseorang anak meminta ibunya mempersiapkan air hangat untuk mandinya.
Sang ibu dengan ikhlas melakukan apa yang diperintah oleh sang anak.
Dengan nada lembut ibunya menyahut, “Iya, tunggulah sebentar ya, sayang! ”
“IBU, masakin air bu. Saya ingin mandi gunakan air hangat, ” seseorang anak meminta ibunya mempersiapkan air hangat untuk mandinya.
Sang ibu dengan ikhlas melakukan apa yang diperintah oleh sang anak.
Dengan nada lembut ibunya menyahut, “Iya, tunggulah sebentar ya, sayang! ”
Selang beberapa saat sang ibu sudah selesai mempersiapkan air hangat untuk buah hatinya.
“Nak, air hangatnya telah siap, ” ibu ini memberitahu.
“Lama sekali sih, Bu…” sang anak sedikit membentak.
Sesudah usai mandi serta kenakan pakaian rapi, sang anak berpamitan pada ibunya, “Bu, saya keluar dahulu ya, ingin berjalan-jalan sama rekan. ”
“Mau kemana nak? ” bertanya sang ibu.
“Kan telah saya katakan, saya ingin keluar berjalan-jalan sama rekan, ” kata sang anak sembari mengernyitkan dahi.
Malam harinya, sang anak pulang dari berjalan-jalan, sesampainya dirumah ia terasa jengkel lantaran ibunya tak ada dirumah. Walau sebenarnya perutnya sangatlah lapar, di meja makan tak ada makanan apapun.
Sebagian waktu lalu, ibunya datang sembari mengatakan salam, “Assalamu’ alaikum.. Nak, anda telah pulang? Telah dari tadi? ”
“Hah, ibu dari tempat mana saja. Saya itu lapar, ingin makan tak ada makanan di meja makan. Semestinya bila ibu ingin keluar ini masak dulu…” kata si anak dengan nada sangatlah lantang.
Sang ibu coba menuturkan sembari memegang tangan anaknya, “Begini sayang, anda janganlah geram dahulu. Ibu tadi keluar bukanlah untuk masalah yg tidak utama, anda belum tahukan bila istrinya Pak Rahman wafat? ”
“Meninggal? Walau sebenarnya tak sakit apa- apa kan, Bu? ” sang anak sedikit kaget, suara suaranya juga tak tinggi lagi.
“Dia wafat saat Maghrib tadi. Dia wafat waktu melahirkan anaknya. Anda harus juga tahu nak, seseorang ibu ini bertaruh nyawa waktu melahirkan anaknya, ” ibu memberi penjelasan.
Hati sang anak mulai terketuk, dengan nada lirih ia ajukan pertanyaan pada ibunya, “Itu berarti, ibu waktu melahirkanku juga demikian? Ibu juga rasakan sakit yang mengagumkan juga? ”
“Iya anakku. Waktu ini ibu mesti berjuang menahan rasa sakit yang mengagumkan. Tetapi, ada yang lebih sakit dari pada sebatas melahirkanmu, nak, ” sang ibu menjawab.
“Apa ini, Bu? ” sang anak mau tahu apa yang melebihi rasa sakit ibunya waktu melahirkan dia.
Sang ibu tidak dapat menahan air mata yang mengalir dari tiap-tiap pojok matanya seraya berkata,
“Rasa sakit waktu ibu melahirkanmu ini tidak seberapa, apabila dibanding dengan rasa sakit yang ibu rasakan waktu dirimu membentak ibu dengan nada lantang, waktu kau menyakiti hati ibu, Nak. ”
Si anak segera menangis serta memohon ampun atas apa yang sudah diperbuat sampai kini pada ibunya.
Masih tetap beranikah anda membentak ibumu yang sudah mempertaruhkan hidup matinya melahirkan anda? Silakan Sebarkanlah narasi itu pada seluruhnya rekanmu.
0 komentar:
Post a Comment